a Piece of Peace of mind

Friday, May 09, 2008

Inspiring story

*Pidato Steve Jobs di Acara Wisuda Stanford Universit
*

Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang,
yang akan segera lulus dari salah satu universitas
terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah.
Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana
wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita
pengalaman hidup saya. Ya,tidak perlu banyak. Cukup
tiga.

*Cerita Pertama*
Menghubungkan Titik-Titik

> Saya drop out (DO) dari Reed College setelah
semester pertama, namun saya
> tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian,
sebelum betul-betul putus
> kuliah. Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum
saya lahir. Ibu kandung
> saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena
"kecelakaan" dan memberikan
> saya kepada seseorang untuk diadopsi. Dia bertekad
bahwa saya harus diadopsi
> oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan
untuk dipungut anak
> semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya.
Sialnya, begitu saya
> lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran karena ingin
bayi perempuan. Maka
> orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut
berikutnya, mendapatkan
> telepon larut malam dari seseorang:
> "kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut;
apakah Anda berminat?
> Mereka menjawab: "Tentu saja." Ibu kandung saya lalu
mengetahui bahwa ibu
> angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah
angkat saya bahkan tidak
> tamat SMA. Dia menolak menandatangani perjanjian
adopsi. Sikapnya baru
> melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua
saya berjanji akan
> menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi.
>
> Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah.
Namun, dengan naifnya saya
> memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan
Stanford,
> sehingga seluruh tabungan orang tua saya- yang hanya
pegawai rendahan-
> habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya
tidak melihat manfaatnya.
> Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam
hidup saya dan bagaimana
> kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah
menghabiskan seluruh
> tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur
hidup mereka. Maka, saya pun
> memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang
terbaik. Saat itu rasanya
> menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya
sebagai keputusan terbaik yang
> pernah saya ambil. Begitu DO, saya langsung berhenti
mengambil kelas wajib
> yang tidak saya minati dan mulai mengikuti
perkuliahan yang saya sukai.
>
> Masa-masa itu tidak selalu menyenangka n. Saya tidak
punya kamar kos
> sehingga nebeng tidur di lantai kamar teman-teman
saya. Saya mengembalikan
> botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk
membeli makanan. Saya
> berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam
untuk mendapat makanan
> enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya. Dan
banyak yang saya temui
> saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan
intuisi, ternyata kemudian
> sangat berharga. Saya beri Anda satu contoh:
ReedCollegemungkin waktu itu
> adalah yang terbaik di AS dalam hal kaligrafi.Di
seluruh penjuru kampus,
> setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan
dengan sangat indahnya.
> Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti
perkuliahan normal. Saya
> memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna
mempelajarinya. Saya belajar
> jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat
variasi spasi antar
> kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang
hebat. Semua itu merupakan
> kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang
tidak dapat ditangkap
> melalui sains. Sangat menakjubkan. Saat itu sama
sekali tidak terlihat
> manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun sepuluh
tahun kemudian, ketika
> kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu
itu sangat bermanfaat.
> Mac adalah komputer pertama yang bertipografi
cantik. Seandainya saya tidak
> DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan
memiliki sedemikian banyak
> huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan
karena Windows menjiplak Mac,
> maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya
tidak DO, saya tidak
> berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC
tidak memiliki tipografi
> yang indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai
cerita seperti itu sewaktu
> saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian
segala sesuatunya menjadi
> gamblang. Sekali lagi, *Anda tidak akan dapat
merangkai titik dengan
> melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya
dengan merenung ke belakang.
> Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda
bagaimana pun akan terangkai
> di masa
> mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi,
takdir, jalan hidup, karma
> Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini
efektif dan membuat
> banyak perbedaan dalam kehidupan saya.*

*Cerita Kedua*
Saya: Cinta dan Kehilangan.

> *Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai
sejak masih muda.Woz dan
> saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika
saya berumur 20
> tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple
berkembang dari hanya
> kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan
4000 karyawan. Kami
> baru meluncurkan produk terbaik kami-Macintosh- satu
tahun sebelumnya, dan
> saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat.
Bagaimana mungkin Anda
> dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan? Yah,
itulah yang terjadi. Seiring
> pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya
pikir sangat berkompeten
> untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam
satu tahun pertama,semua
> berjalan lancar. Namun, kemudian muncul
> perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan
kami sulit disatukan.
> Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di
usia 30 saya
> tertendang. Beritanya ada di mana-mana. Apa yang
menjadi fokus sepanjang
> masa dewasa saya, tiba-tiba sirna. Sungguh
menyakitkan.
>
> Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa
yang harus saya lakukan.
> Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan
generasi
> sebelumnya saya gagal mengambil kesempatan. Saya
bertemu dengan David
> Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas
keterpurukan saya. Saya menjadi
> tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk
lari dari Silicon Valley.
> Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali-
saya masih menyukai
> pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple sedikit
pun tidak mengubah saya.
> Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka,
saya putuskan untuk mulai
> lagi dari awal. Waktu itu saya tidak melihatnya,
namun belakangan baru saya
> sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian
terbaik yang menimpa saya.
> Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh
keleluasaan sebagai
> pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu
mengantarkan saya pada
> periode paling kreatif dalam hidup saya.
>
> Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan
perusahaan bernama NeXT, lalu
> Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang
kemudian menjadi istri
> saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang
menciptakan film animasi
> komputer pertama,Toy Story, dan sekarang merupakan
studio animasi paling
> sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang
menakjubkan, Apple membeli
> NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple, dan teknologi
yang kami kembangkan di
> NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple.
Dan, Laurene dan saya
> memiliki keluarga yang luar biasa. Saya yakin takdir
di atas tidak terjadi
> bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang
pahit, namun sebagai
> pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan
menimpakan batu ke kepala
> Anda. Jangan kehilangan kepercayaan. Saya yakin
bahwa satu-satunya yang
> membuat saya terus berusaha adalah karena saya
menyukai apa yang saya
> lakukan. *Anda harus menemukan apa yang Anda sukai.
Itu berlaku baik untuk
> pekerjaan maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda
akan menghabiskan
> sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya
dapat diraih dengan
> mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa
hebat bila mengerjakan
> apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya,
teruslah mencari. Jangan
> menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah
menemukannya.
> Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya,
semakin lama-semakin mesra
> Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai
ketemu. Jangan berhenti*.

*Cerita Ketiga*
Saya: Kematian

> Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang
kurang lebih berbunyi:
> "Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu
adalah hari terakhirmu, maka
> suatu hari kamu akan benar." Ungkapan itu membekas
dalam diri saya, dan
> semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya
selalu melihat
> ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri
sendiri: "Bila ini adalah
> hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa
yang akan saya
> lakukan hari ini?" Bila jawabannya selalu "tidak"
dalam beberapa hari
> berturut- turut, saya tahu saya harus berubah.
Mengingat bahwa saya akan
> segera mati adalah kiat penting yang saya temukan
untuk membantu membuat
> keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua
harapan eksternal,
> kebanggaan, takhut malu atau gagal- tidak lagi
bermanfaat saat menghadapi
> kematian.Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat
kematian adalah cara
> terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan
berpikir bahwa Anda akan
> kehilangan sesuatu.Anda tidak memiliki apa-apa. Sama
sekali tidak ada alasan
> untuk tidak mengikuti kata hati Anda.
>
> Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap
kanker. Saya menjalani
> scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan
saya memiliki
> tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu
pankreas. Paradokter
> mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya
adalah yang tidak
> dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari
3-6 bulan. Dokter
> menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan
segala sesuatunya,
> yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati.
Artinya, Anda harus
> menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit
segala hal yang
> Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang.
Artinya, memastikan bahwa
> segalanya diatur agar mudah bagi keluarga Anda.
Artinya, Anda harus
> mengucapkan selamat tinggal. Sepanjang hari itu saya
menjalani hidup
> berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya,
mereka memasukkan endoskopi
> ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung,
memasukkan jarum ke pankreas saya
> dan mengambil beberapa sel tumor. Saya dibius, namun
istri saya, yang ada di
> sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di
bawah mikroskop, para dokter
> menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker
pankreas yang sangat
> jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya
dioperasi dan sehat sampai
> sekarang.
>
> Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan
berharap terus begitu
> hingga beberapa dekade lagi.Setelah melalui
pengalaman tersebut, sekarang
> saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa
menurut konsep pikiran,
> kematian adalah hal yang berguna: Tidak ada orang
yang ingin mati. Bahkan
> orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati
dulu untuk mencapainya.
> Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada
yang bisa mengelak. Dan,
> memang harus demikian, karena kematian adalah buah
terbaik dari kehidupan.
> Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang
tua menyingkir untuk
> digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis
menyampaikannya, namun
> memang begitu. Waktu Anda terbatas, jadi jangan
sia-siakan dengan menjalani
> hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan
dogma-yaitu hidup bersandar
> pada hasilpemikiran orang lain. Jangan biarkan
omongan orang menulikan Anda
> sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang
terpenting, miliki
> keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi
Anda, maka Anda pun akan
> sampai pada apa yang Anda inginkan. Semua hal
lainnya hanya nomor dua.
>
> Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat
yang bernama "The Whole
> Earth Catalog", yang menjadi salah satu buku pintar
generasi saya. Buku itu
> diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang
tinggal tidak jauh dari
> sini di Menlo Park, dan dia membuatnya sedemikian
menarik dengan
> sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir 1960-an, sebelum
era komputer dan
> desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan
mesin tik, gunting, dan
> kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk
kertas, 35 tahun
> sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan
tips-tips ideal dan
> ungkapan-ungkapan hebat. Stewart dan timnya sempat
menerbitkan beberapa
> edisi "The Whole Earth Catalog", dan ketika mencapai
titik ajalnya, mereka
> membuat edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an
dan saya masih seusia
> Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu
foto jalan pedesaan di
> pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka
bertualang. Di bawahnya
> ada kata-kata: "*Stay Hungry. Stay Foolish." (Jangan
Pernah Puas. Selalu
> Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi
tanda tangan mereka.
> Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan
diri saya begitu. Dan
> sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai
kehidupan baru, saya harapkan
> Anda juga begitu. Stay Hungry. Stay Foolish.
posted by nugroho adi at 2:43 PM 0 comments