a Piece of Peace of mind

Friday, March 21, 2008

travelling plan for tommorrow :D

sekarang jam 00.15 waktu oslo.

mau rencana jalan2 kemana aja besok??


well...


rencananya pagi2 kita (gw n bang abar) mau mencoba ice skatting di taman kota oslo terlebih dahulu. maybe for 1 hour at 08.00 am.

after that we arrange our travelling to :

1. Botanical garden (buka dari jam 7-17 sore)
2. Akershus Fortress (outdoor areas)
3. Nobel Peace Prize museum
4. KBRI
5. http://www.vigeland.museum.no/
6. UiO
7. tempat meloncat ski (lupa nama norwegian nya apa)


untuk hari minggunya mungkin

1. Historical Museum (Historisk museum)
2. International Culture Centre & Museum IKM (Internasjonalt kultursenter & museum)
3. Armed Forces Museum (Forsvarsmuseet)
4. dan museum lain2nya


oke sekian dulu... gw pengen bobo dulu


dudu
posted by nugroho adi at 4:15 PM 0 comments

stavanger - olso

sekarang sedang libur easter selama 1 minggu di Norway

so, semua aktivitas di kota saya (stavanger) shutdown total selama 1 minggu, karena penduduknya memilih keluar negara... berjemur.. terutama ke italia n karibia.mungkin ada yg ke asia terutama thailand, tapi tidak ke indonesia, karena ada travel warning :(

dalam kegalauan sepi seperti ini saya putuskan untuk ke oslo , naik train 8 jam perjalanan

----------------------------------------


hari ini jumat sore jam 20.30
nulis blog ini dari kamar bang abar, kamar berukuran 2,5x4,5 m2. kamar yg lebih kecil daripada dorm gw di stavanger. tapi harganya 2 kali lipat. wuih mahal kaleee.

emang harganya segitu kok, ini letaknya dipusat kota oslo boo, deket banget ke kings palace, 5 menit jalan kaki. deket dengan law faculty, university of oslo yg terkenal itu. dalam kamar yg berukuran kecil ini, dilengkapi pula dengan wastafel, kompor listrik, kulkas, n ga kalah penting akses internet 24jam dan tv kabel dengan abonemen 100 NOK 1 bulannya. hehhmmmm...

ada satu yg disayangkan. wcnya jauh bo dr kamar. n 2 wc untuk 9 kamar. walah. ga ada privacy lagi. jadi antar wc cuman dibatasi oleh pembatas dinding yg atasnya kebuka. jadi bisa saling intip. hhihihihihihih. ada yg asik disini. bisa saling intip tentu saja. apalagi apartemennya campur kikikikik.


balik cerita ke soal perjalanan naik kereta hari ini dari stavanger ke oslo.

gw tadipagi bangun jam 4 pagi, langsung gosok gigi n solat subuh (subuh waktunya jam 04.20). lalu jam 5 kurang 15 menit. langsung ngacir ke jalan madlakrossen cari bus. takut telat kereta yg berangkat jam 6 teng dari stasiun sentrum. ternyata ga ada bus sepagi itu sodara2. karena skr adalah easter holiday. seluruh norway shutdown. semua orang berjemur ke karibia, cari matahari. kasian amat yah orang norway.

untungnya taksi lewat 10menit kemudian. driver taksi ini sudah tua, gw tebak umurnya 50 tahunan. sudah 6tahun ini katanya jadi taksi driver. perjalanan dari madlakrossen sampe central station sekitar 15 menit. ongkosnya tebak berapa??? 125 NOK !!!!! gilingan mahal kaleeee. NB : sarang buat turis yg mo ke norway, jika ada alternatif lain, hindari naik taksi disini... bisa miskin mendadak lohh :(

well... nunggu di station nyaris 1 jam. n yg standby distation baru 3 penumpang. seorang wanita setengah baya sekitar 40tahun, menggunakan tindik dihidung n telinga. menurut gw kasian bener nih ibu2 yah... kaya wanita jalanan...
satu cowo muda norway yg bernama eriksen. yg katanya sedang mengikuti military training (wajib militer : red) di navy stavanger. sempat bercerita2 selama waiting time itu dengan dia. dia akan ke Trondheim pulang kampung ke rumahnya disana. 15 jam perjalanan darat by train !!!! gilingan. bakal panas tuh pantat.
ternyata setelah nyampe trondheim nanti, dia n keluarga akan terbang ke spain untuk berlibur. ko tolol banget yah, pake train 15 jam. knapa ga pake pesawat. welll, pake train dia hanya bayar 199 NOK, atau 90% lebih murah karena dia adalah militer. kalo pake pesawat ga ada diskon bos. mahal kali... sekitar 1500 NOK mungkin.

akhirnya waktu yg ditunggu tiba juga. jam 6 teng kereta mulai bergerak berangkat menuju ke selatan terlebih dahulu (sandness). oh iya, gw belum cerita soal hows look likes norwegian train yah?? ( NBS : nama perusahaan PT KAI nya norway). its owned by government.

keretanya menggunakan tenaga penggerak yg berasal dari listrik. bentuk ruangan gerbong terlihat luas n mewah, kursi kanan n kiri penumpang 2 pasang masing2. di bawah jok/kursi terdapat tempat colokan listrik.... wew bisa buat ngecharge HP atau laptop tuh sepanjang perjalanan... hehmmm

meuble terbuat dari kayu2 oak. bagus n terlihat lux.

n satu hal penting, KOSONG sodara2 ... hahahahhahaa..... hanya sedikit penumpangnya...

kalo di indo, kondisi seperti itu jika terjadi di PT KAI, bisa langsung bangkrut n tutup beberapa hari kemudian. operating cost nya besar sekali boo pastinya untuk di Norway.

back to the story....

pagi itu dalam perjalanan suasana sangat nyaman sekali.kantuk terasa sekali karena suasana di dalam kabin kereta sangat comfortable. warm sense caused by heater below the windows.

train berhenti di tiap kommunne (kabupaten) di sepanjang railway. untuk kommunne yg kecil, kereta hanya berhenti untuk 5 minutes. sementara untuk kommunne yg besar seperti sandness, kristiansand, kereta berhenti normalnya lebih dari 10 menit. di tiap station, beberapa penumpang naik.

jam 9.00 waktu setempat kereta tiba di kristiansand. banak sekali penumpang baru dari kota besar di ujung norwegian penninsula ini. bangku di samping saya yg tadinya kosong kini terisi oleh seorang gendut (fat man). dan di depan saya duduk seorang lelaki tua.

sambil menunggu kereta kembali berangkat ke arah oslo. saya bercakap2 dengan mereka. mereka berdua sepertinya orang yg termasuk berpendidikan tinggi. terlihat dari cara bicara dan bahan obrolan yg kita diskusikan. the fat man (begitu saya panggil dia, karena saya tidak sempat untuk menanyakan nama asli dia) membawa hp merk nokia N98 (satu seri di atas HP saya nokia N95 :D ).

sedangkan kakek tua yg duduk di depan saya ternyata adalah seorang pensiunan dokter THT di oslo. dia baru saja mengunjungi sodaranya di kristiansand. itu saya baru ketahui setelah kami mengobrol di dalam bis (nanti diceritakan) 3 jam setelah transit di kristiansand.

setelah 30 menit menunggu, ternyata tidak ada tanda2 bahwa train akan berangkat. namun ada informasi dalam bahasa norsk dari masinis bahwa terjadi badai salju di next way in advance, dan salju setinggi lebih dari 1 meter di kabarkan menutupi railway di sepanjag jalan menuju oslo. so thats way, we have to wait some minutes more, during the snow remover machine is working.

tapi setelah menunggu selama lebih dari 45 menit. kereta tetap tidak berangkat. oleh kondektur train.... kita diberi tahu bahwa telah disediakan beberapa bus untuk penumpang yang tidak mau menunggu lebih lama di dalam gerbong. oleh karena itu kita putuskan untuk pindah ke bus....

buspun penuh oleh penumpang imigran pendahan dari train... hahahahhaa
duduk disampin saya adalah kakek2 tadi yg tidak sempat saya tanyai namanya. di depan saya adalah tangga naik bus. duduk di sebrang sebelah kiri saya adalah sepasang couple (sepertinya) suami istri maybe, karena sepanjang jalan enak banget cium2an terus kaya kucing.

persis di sebelah belakang bangku saya duduk seorang wanita muda cantik, yg belakangan saya tahu bahwa dia bearsal dari australia. terlihat pula dari warna kulitnya yg putih tapi matang coklat.. sering berjemur mungkin di bali hehehehe...

sepanjang perjalanan, saya dan fellow perjalanan saya (kakek tua itu) banyak saling cerita dan bertukar pikiran.

ternyata dari dia, saya ketahui apa arti 1 mil untuk orang Norway. 1 mill adalah bukan 1,6 KM sebagaimana orang inggris mendeskripsikannya. tetapi 10 KM!!! jadi hati2lah jika saat anda bertemu orang norway dan dia menunjukkan arah jalan dan jarak dalam satuan mil. bisa sakit hati anda nanti ... hohohohohho

si kakek tua tersebut ternyata pernah melakukan perjalan by kapal besar petikemas berbendera sweden keliling dunia selama 4 bulan setelah dia pensiun dari profesi dia sebagai dokter THT di oslo!!!!! memutari dunia melalui patagonia argentian-chillie.... wew udah kaya sejarah kapten magghellan spanyol aja neh.

dalam perjalanan dia mengelilingi dunia, dia bercerita beberapa kali pernah datang perompak ingin membajak kapal mereka. beberapa kali dia mengusir perompak yg berusaha naik ke atas deck kapal mereka menggunakan fire hydrane... yg biasa digunakan untuk pemadam kebakaran.

dst.,,


kami semua alhamdulillah tiba dengan selamat di kota oslo. kita diturunkan di depan hotel radisson , dekat dengan oslo central station. saya mengantarkan kakek tua itu sampai dengan taksi. yg akan mengantarkan dia ke harbour ferry terdekat. karena dia harus tetap melanjutkan perjalanan ke kommunne lain di luar oslo yg berjarak 1,5 jam by ferry menuju ke arah selatan oslo penninsula.

n saya ga sempet menanyakan siapa nama asli kakek tua itu. n kita tidak sempat saling bertukar alamat,

maybe someday we will meet soon, perhaps
posted by nugroho adi at 12:29 PM 0 comments

Tuesday, March 18, 2008

Tidak benar Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun!!

sebuah fakta refleksi sejarah yang patut diketahui


bacaan bagus di easter holiday




dari: http://pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=14579

Tanggal 8 Maret, 66 Tahun Lalu
Oleh Nina Herlina L.
"Wij sluiten nu.Vaarwel, tot betere tijden. Leve de Koningin!" (Kami akhiri sekarang. Selamat berpisah sampai waktu yang lebih baik. Hidup Sang Ratu!). Demikian NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschappij/Maskapai Radio Siaran Hindia Belanda) mengakhiri siarannya pada tanggal 8 Maret 1942.
Enam puluh enam tahun yang lalu, tepatnya 8 Maret 1942, penjajahan Belanda di Indonesia berakhir sudah. Rupanya "waktu yang lebih baik" dalam siaran terakhir NIROM itu tidak pernah ada karena sejak 8 Maret 1942 Indonesia diduduki Pemerintahan Militer Jepang hingga tahun 1945. Indonesia menjadi negara merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
Masyarakat awam selalu mengatakan bahwa kita dijajah Belanda selama 350 tahun. Benarkah demikian? Untuk ke sekian kalinya, harus ditegaskan bahwa "Tidak benar kita dijajah Belanda selama 350 tahun". Masyarakat memang tidak bisa disalahkan karena anggapan itu sudah tertulis dalam buku-buku pelajaran sejarah sejak Indonesia merdeka! Tidak bisa disalahkan juga ketika Bung Karno mengatakan, "Indonesia dijajah selama 350 tahun!" Sebab, ucapan ini hanya untuk membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme rakyat Indonesia saat perang kemerdekaan (1946-1949) menghadapi Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.
Bung Karno menyatakan hal ini agaknya juga untuk meng-counter ucapan para penguasa Hindia Belanda. De Jong, misalnya, dengan arogan berkata, "Belanda sudah berkuasa 300 tahun dan masih akan berkuasa 300 tahun lagi!" Lalu Colijn yang dengan pongah berkoar, "Belanda tak akan tergoyahkan karena Belanda ini sekuat (Gunung) Mount Blanc di Alpen."
Tulisan ini akan menjelaskan bahwa anggapan yang sudah menjadi mitos itu, tidak benar. Mari kita lihat sejak kapan kita (Indonesia) dijajah dan kapan pula penjajahan itu berakhir.
Kedatangan penjajah
Pada 1511, Portugis berhasil menguasai Malaka, sebuah emporium yang menghubungkan perdagangan dari India dan Cina. Dengan menguasai Malaka, Portugis berhasil mengendalikan perdagangan rempah-rempah seperti lada, cengkeh, pala, dan fuli dari Sumatra dan Maluku. Pada 1512, D`Albuquerque mengirim sebuah armada ke tempat asal rempah-rempah di Maluku. Dalam perjalanan itu mereka singgah di Banten, Sundakalapa, dan Cirebon. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara, akhirnya tiba juga di Ternate.
Di Ternate, Portugis mendapat izin untuk membangun sebuah benteng. Portugis memantapkan kedudukannya di Maluku dan sempat meluaskan pendudukannya ke Timor. Dengan semboyan "gospel, glory, and gold" mereka juga sempat menyebarkan agama Katolik, terutama di Maluku. Waktu itu, Nusantara hanyalah merupakan salah satu mata rantai saja dalam dunia perdagangan milik Portugis yang menguasai separuh dunia ini (separuh lagi milik Spanyol) sejak dunia ini dibagi dua dalam Perjanjian Tordesillas tahun 1493. Portugis menguasai wilayah yang bukan Kristen dari 100 mil di sebelah barat Semenanjung Verde, terus ke timur melalui Goa di India, hingga kepulauan rempah-rempah Maluku. Sisanya (kecuali Eropa) dikuasai Spanyol.
Sejak dasawarsa terakhir abad ke-16, para pelaut Belanda berhasil menemukan jalan dagang ke Asia yang dirahasiakan Portugis sejak awal abad ke-16. Pada 1595, sebuah perusahaan dagang Belanda yang bernama Compagnie van Verre membiayai sebuah ekspedisi dagang ke Nusantara. Ekpedisi yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman ini membawa empat buah kapal. Setelah menempuh perjalanan selama empat belas bulan, pada 22 Juni 1596, mereka berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Inilah titik awal kedatangan Belanda di Nusantara.
Kunjungan pertama tidak berhasil karena sikap arogan Cornelis de Houtman. Pada 1 Mei 1598, Perseroan Amsterdam mengirim kembali rombongan perdagangannya ke Nusantara di bawah pimpinan Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck. Dengan belajar dari kesalahan Cornelis de Houtman, mereka berhasil mengambil simpati penguasa Banten sehingga para pedagang Belanda ini diperbolehkan berdagang di Pelabuhan Banten. Ketiga kapal kembali ke negerinya dengan muatan penuh. Sementara itu, kapal lainnya meneruskan perjalanannya sampai ke Maluku untuk mencari cengkih dan pala.
Dengan semakin ramainya perdagangan di perairan Nusantara, persaingan dan konflik pun meningkat. Baik di antara sesama pedagang Belanda maupun dengan pedagang asing lainnya seperti Portugis dan Inggris. Untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat ini, pada 1602 di Amsterdam dibentuklah suatu wadah yang merupakan perserikatan dari berbagai perusahaan dagang yang tersebar di enam kota di Belanda. Wadah itu diberi nama Verenigde Oost-Indische Compagnie (Serikat Perusahaan Hindia Timur) disingkat VOC.
Pemerintah Kerajaan Belanda (dalam hal ini Staaten General), memberi "izin dagang" (octrooi) pada VOC. VOC boleh menjalankan perang dan diplomasi di Asia, bahkan merebut wilayah-wilayah yang dianggap strategis bagi perdagangannya. VOC juga boleh memiliki angkatan perang sendiri dan mata uang sendiri. Dikatakan juga bahwa octrooi itu selalu bisa diperpanjang setiap 21 tahun. Sejak itu hanya armada-armada dagang VOC yang boleh berdagang di Asia (monopoli perdagangan).
Dengan kekuasaan yang besar ini, VOC akhirnya menjadi "negara dalam negara" dan dengan itu pula mulai dari masa Jan Pieterszoon Coen (1619-1623, 1627-1629) sampai masa Cornelis Speelman (1681-1684) menjadi Gubernur Jenderal VOC, kota-kota dagang di Nusantara yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah berhasil dikuasai VOC. Batavia (sekarang Jakarta) menjadi pusat kedudukan VOC sejak 1619, Ambon dikuasai tahun 1630. Beberapa kota pelabuhan di Pulau Jawa baru diserahkan Mataram kepada VOC antara tahun 1677-1705. Sementara di daerah pedalaman, raja-raja dan para bupati masih tetap berkuasa penuh. Peranan mereka hanya sebatas menjadi "tusschen personen" (perantara) penguasa VOC dan rakyat.
"Power tends to Corrupt." Demikian kata Lord Acton, sejarawan Inggris terkemuka. VOC memiliki kekuasaan yang besar dan lama, VOC pun mengalami apa yang dikatakan Lord Acton. Pada 1799, secara resmi VOC dibubarkan akibat korupsi yang parah mulai dari "cacing cau" hingga Gubernur Jenderalnya. Pemerintah Belanda lalu menyita semua aset VOC untuk membayar utang-utangnya, termasuk wilayah-wilayah yang dikuasainya di Indonesia, seperti kota-kota pelabuhan penting dan pantai utara Pulau Jawa.
Selama satu abad kemudian, Hindia Belanda berusaha melakukan konsolidasi kekuasaannya mulai dari Sabang-Merauke. Namun, tentu saja tidak mudah. Berbagai perang melawan kolonialisme muncul seperti Perang Padri (1821-1837), Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Aceh (1873-1907), Perang di Jambi (1833-1907), Perang di Lampung (1834-1856), Perang di Lombok (1843-1894), Perang Puputan di Bali (1846-1908), Perang di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (1852-1908), Perlawanan di Sumatra Utara (1872-1904), Perang di Tanah Batak (1878-1907), dan Perang Aceh (1873-1912).
Peperangan di seluruh Nusantara itu baru berakhir dengan berakhirnya Perang Aceh. Jadi baru setelah tahun 1912, Belanda benar-benar menjajah seluruh wilayah yang kemudian menjadi wilayah Republik Indonesia (kecuali Timor Timur). Jangan lupa pula bahwa antara 1811-1816, Pemerintah Hindia Belanda sempat diselingi oleh pemerintahan interregnum (pengantara) Inggris di bawah Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles.
Saat-saat akhir
Pada 7 Desember 1941, Angkatan Udara Jepang di bawah pimpinan Laksamana Nagano melancarkan serangan mendadak ke pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbour, Hawaii. Akibat serangan itu kekuatan angkatan laut AS di Timur Jauh lumpuh. AS pun menyatakan perang terhadap Jepang. Demikian pula Belanda sebagai salah satu sekutu AS menyatakan perang terhadap Jepang.
Pada 18 Desember 1941, pukul 06.30, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer melalui radio menyatakan perang terhadap Jepang. Pernyataan perang tersebut kemudian direspons oleh Jepang dengan menyatakan perang juga terhadap Pemerintah Hindia Belanda pada 1 Januari 1942. Setelah armada Sekutu dapat dihancurkan dalam pertempuran di Laut Jawa maka dengan mudah pasukan Jepang mendarat di beberapa tempat di pantai utara Pulau Jawa.
Pemerintah Kolonial Hindia Belanda memusatkan pertahanannya di sekitar pegunungan Bandung. Pada waktu itu kekuatan militer Hindia Belanda di Jawa berjumlah empat Divisi atau sekitar 40.000 prajurit termasuk pasukan Inggris, AS, dan Australia. Pasukan itu di bawah komando pasukan sekutu yang markas besarnya di Lembang dan Panglimanya ialah Letjen H. Ter Poorten dari Tentara Hindia Belanda (KNIL). Selanjutnya kedudukan Pemerintah Kolonial Belanda dipindahkan dari Batavia (Jakarta) ke Kota Bandung.
Pasukan Jepang yang mendarat di Eretan Wetan adalah Detasemen Syoji. Pada saat itu satu detasemen pimpinannya berkekuatan 5.000 prajurit yang khusus ditugasi untuk merebut Kota Bandung. Satu batalion bergerak ke arah selatan melalui Anjatan, satu batalion ke arah barat melalui Pamanukan, dan sebagian pasukan melalui Sungai Cipunagara. Batalion Wakamatsu dapat merebut lapangan terbang Kalijati tanpa perlawanan berarti dari Angkatan Udara Inggris yang menjaga lapangan terbang itu.
Pada 5 Maret 1942, seluruh detasemen tentara Jepang yang ada di Kalijati disiapkan untuk menggempur pertahanan Belanda di Ciater dan selanjutnya menyerbu Bandung. Akibat serbuan itu tentara Belanda dari Ciater mundur ke Lembang yang dijadikan benteng terakhir pertahanan Belanda.
Pada 6 Maret 1942, Panglima Angkatan Darat Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten memerintahkan Komandan Pertahanan Bandung Mayor Jenderal J. J. Pesman agar tidak mengadakan pertempuran di Bandung dan menyarankan mengadakan perundingan mengenai penyerahan pasukan yang berada di garis Utara-Selatan yang melalui Purwakarta dan Sumedang. Menurut Jenderal Ter Poorten, Bandung pada saat itu padat oleh penduduk sipil, wanita, dan anak-anak, dan apabila terjadi pertempuran maka banyak dari mereka yang akan jadi korban.
Pada 7 Maret 1942 sore hari, Lembang jatuh ke tangan tentara Jepang. Mayjen J. J. Pesman mengirim utusan ke Lembang untuk merundingkan masalah itu. Kolonel Syoji menjawab bahwa untuk perundingan itu harus dilakukan di Gedung Isola (sekarang gedung Rektorat UPI Bandung). Sementara itu, Jenderal Imamura yang telah dihubungi Kolonel Syoji segera memerintahkan kepada bawahannya agar mengadakan kontak dengan Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer untuk mengadakan perundingan di Subang pada 8 Maret 1942 pagi. Akan tetapi, Letnan Jenderal Ter Poorten meminta Gubernur Jenderal agar usul itu ditolak.
Jenderal Imamura mengeluarkan peringatan bahwa "Bila pada 8 Maret 1942 pukul 10.00 pagi para pembesar Belanda belum juga berangkat ke Kalijati maka Bandung akan dibom sampai hancur." Sebagai bukti bahwa ancaman itu bukan sekadar gertakan, di atas Kota Bandung tampak pesawat-pesawat pembom Jepang dalam jumlah besar siap untuk melaksanakan tugasnya.
Melihat kenyataan itu, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda beserta para pembesar tentara Belanda lainnya berangkat ke Kalijati sesuai dengan tanggal dan waktu yang telah ditentukan. Pada mulanya Jenderal Ter Poorten hanya bersedia menyampaikan kapitulasi Bandung. Namun, karena Jenderal Imamura menolak usulan itu dan akan melaksanakan ultimatumnya. Akhirnya, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda menyerahkan seluruh wilayah Hindia Belanda kepada Jepang tanpa syarat. Keesokan harinya, 9 Maret 1942 pukul 08.00 dalam siaran radio Bandung, terdengar perintah Jenderal Ter Poorten kepada seluruh pasukannya untuk menghentikan segala peperangan dan melakukan kapitulasi tanpa syarat.
Itulah akhir kisah penjajahan Belanda. Setelah itu Jepang pun menduduki Indonesia hingga akhirnya merdeka 17 Agustus 1945. Jepang hanya berkuasa tiga tahun lima bulan delapan hari.
Analisis
Berdasarkan uraian di atas, kita bisa menghitung berapa lama sesungguhnya Indonesia dijajah Belanda. Kalau dihitung dari 1596 sampai 1942, jumlahnya 346 tahun. Namun, tahun 1596 itu Belanda baru datang sebagai pedagang. Itu pun gagal mendapat izin dagang. Tahun 1613-1645, Sultan Agung dari Mataram, adalah raja besar yang menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, dan Blambangan. Jadi, tidak bisa dikatakan Belanda sudah menjajah Pulau Jawa (yang menjadi bagian Indonesia kemudian).
Selama seratus tahun dari mulai terbentuknya Hindia Belanda pascakeruntuhan VOC (dengan dipotong masa penjajahan Inggris selama 5 tahun), Belanda harus berusaha keras menaklukkan berbagai wilayah di Nusantara hingga terciptanya Pax Neerlandica. Namun, demikian hingga akhir abad ke-19, beberapa kerajaan di Bali, dan awal abad ke-20, beberapa kerajaan di Nusa Tenggara Timur, masih mengadakan perjanjian sebagai negara bebas (secara hukum internasional) dengan Belanda. Jangan pula dilupakan hingga sekarang Aceh menolak disamakan dengan Jawa karena hingga 1912 Aceh adalah kerajaan yang masih berdaulat. Orang Aceh hanya mau mengakui mereka dijajah 33 tahun saja.
Kesimpulannya, tidak benar kita dijajah Belanda selama 350 tahun. Yang benar adalah, Belanda memerlukan waktu 300 tahun untuk menguasai seluruh Nusantara. ***
Penulis, Guru Besar Ilmu Sejarah Unpad/Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat/Ketua Pusat Kebudayaan Sunda Fakultas Sastra Unpad.
posted by nugroho adi at 10:19 AM 0 comments